Senin, 27 Agustus 2012

Becak 78

Indonesia Version
Cuaca Kota Pare Kediri hari ini, Rabu, 28 Maret 2012 menyambut kedatanganku dari Kota Malang. Siang itu, aku tiba di perempatan TulungRejo dan menyempatkan diri untuk mampir makan siang setelah kelaparan dalam perjalanan 3 jam dari Malang. Setelah makan di sebuah warung, saya mencari becak di sekitar warung itu untuk mengantarkanku pulang ke rumah kostku di bilangan Jl Brawijaya. 

Di sekitar warung itu hanya terlihat 1 becak tapi sekilas tak nampak pengayuh becaknya. Barulah setelah aku mendekat di becak itu, nampak seorang pemilik becak yang sementara tertidur pulas. “pak, pak, becak”, dengan panggilan itu, sang pemilik becak terbangun dan memperbaiki dirinya. Ternyata beliau adalah seorang kakek tua yang menurut saya sudah harus menikmati hidupnya di rumah, bukan lagi di becak.

Becak segera berbalik arah menuju Jl Brawijaya. Dalam perjalanan, saya penasaran dengan usia kakek tersebut.  Saya mulai bertanya “bapak masih kuat ya, siang-siang gini mengayuh becak”, beliau langsung menjawab “ah mas, biasa, olah raga”. Saya lanjut bertanya “ bapak sudah lama ya narik becak?”, dia menjawab” gak juga, saya dulu petani mas”. Dari pembicaraan itu saya lantas menanyakan usia beliau, ternyata beliau kelahiran 1933, tebak sendiri kan berapa usia kakek itu, ya Benar, sekitar 78-79 tahun.

Dari kisah tersebut, saya membayangkan apakah bisa saya mencapai umur sepanjang itu? lantas, jika memang panjang, apakah saya masih harus berjuang bertahan hidup dengan “menarik becak” di bawah terik panas matahari. Teringat dengan buku Robert Kiyosaki tentang investasi masa depan. Mungkin kakek ini di masa muda tidak mengantisipasi masa tua sehingga masa-masa tersebut yang semestinya sudah dinikmati, justru masih berjuang oleh kerasnya hidup.

Saya teringat dengan orang tua yang rela membanting tulang untuk merawat dan membiayai saya, pendidikan saya dan segala keperluan saya. Entah kakek itu memiliki anak atau tidak, yang jelas saya ingin sekali pulang dan merawat ibu yang masih tersisa, semoga beliau tidak lagi “mengayuh becak” di masa tuanya. Olehnya itu saudara, mari menabung pengalaman dan ilmu untuk hari tua yang lebih indah, untuk masa depan yang lebih cerah, untuk kematian  yang Husnul Khatimah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar